Tradisi Unik: Mayat di Daerah ini Diletakan di Rumah Bertahun-tahun!

SilahkanSHARE! | Adat | Budaya | Tradisi Unik | Ritual | Jika Indonesia dikenal oleh dunia karena memiliki adat dan tradisi yang beragam, maka itu benar adanya.


Jumlah adat, tradisi dan budaya di Indonesia jumlahnya teramat sangat banyak.
Untuk menghitung budaya jawa saja, setiap daerah mulai dari jawa tengah, jawa timur, dan jawa barat juga sudah sangat beragam dan banyak jumlahnya. Apalagi kalau menghitung berdasarkan kabupaten, kecamatan, dan desa, jumlahnya pasti teramat sangat banyaknya.
Karena begitu banyak dan beragam, secara berkala, kami akan mencoba merangkum secara bertahap terkait dengan berbagai adat-istiadat, budaya dan tradisi yang ada di berbagai daerah di Indonesia.
Salah satu tradisi yang dianggap unik dan menarik, yaitu adanya sebuah adat dan tradisi yang mungkin akan dianggap aneh.
Tradisi tersebut yaitu terkait dengan tradisi menyemayamkan mayat orang yang meninggal di rumah sendiri selama dua tahun. Tradisi ini dikenal juga dengan sebutan istilah rambu solo� (kedukaan).
Tradisi yang dianggap aneh dan langka ini berlokasi di wilayah Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat.
Sulawesi Barat, sebagai salah satu provinsi termuda di Indonesia saat ini sedang berbenah.
Selain membangun infrastruktur, beberapa wilayah juga difokuskan menjadi destinasi wisata, salah satunya Kabupaten Mamasa.
Maklum, daerah ini menyimpan keindahan alam dan berbagai tradisi leluhur yang merupakan perpaduan antara budaya Polewali dan Toraja. Salah satunya adalah rambu solo� (kedukaan).
Berikut ini beberapa hal yang perlu anda tahu terkait dengan rambu solo� (kedukaan) yang ada di Desa Orobua, Kecamatan Sesenapadang, Kabupaten Mamasa, dikutip dari brillio.net,

Mayat Keluarga Disemayamkan di Rumah


Dalam tradisi ini, anggota keluarga akan menyemayamkan jenazah di dalam banua (rumah) untuk kurun waktu yang cukup lama sebelum dimakamkan bisa sampai bertahun-tahun. Di depan rumah yang sedang berduka biasanya digantung gendang.

Menyemayamkan jenazah dalam rumah dilakukan sampai keluarga almarhum punya cukup biaya untuk membeli kerbau dan babi yang harus dipersembahkan dalam upacara pemakaman nantinya.

Yang Dibawa Pelayat

Pelayat membawa sirih, pinang, kapur atau rokok
Dulu masyarakat menggunakan rempah ramuan tertentu pada tubuh jenazah untuk menghilangkan bau. Kini cukup dengan formalin.
Saat tim dari brilio.net mendatangi Desa Orobua, Kecamatan Sesenapadang beebrapa saat lalu, salah satu tokoh setempat, Benyamin Sambulayuk atau yang biasa dipanggil Bongga Tiboyong belum lama wafat.
Jenazah almarhum disimpan di ruang depan rumah di dalam peti mayat berbentuk perahu yang pada ujungnya terdapat ukiran kepala kerbau dan kuda.

Pakaian Serba Hitam

Anggota keluarga mengenakan pakaian serba hitam selama masa berduka
�Kami masih berduka. Jenazah bapak kami simpan di sini paling tidak dua tahun sebelum nanti dimakamkan lewat upacara pemakaman,� ujar Puang Bonga, anak tertua almarhum kepada brilio.net beberapa waktu lalu.

Gendang Digantung di Depan Rumah

Di depan rumah duka digantung beberapa gendang. Jumlah gendang menunjukkan strata sosial
Tradisi ini melalui beberapa tahap prosesi tertentu lho. Sebelum dimasukkan ke peti mayat, jenazah terlebih dahulu didudukkan di halaman depan rumah kurang lebih selama beberapa hari sampai menunggu peti mayat selesai dibuat. Jenazah didandani layaknya orang yang masih hidup.
Peti mayat dibuat dari batang pohon yang diambil dari hutan sekitar melalui prosesi upacara tersendiri. Bagian dalam pohon dibuang sehingga menyerupai bentuk perahu sebagai tempat meletakkan jenazah.
Uniknya, saat hendak dimasukkan ke peti mayat, jenazah yang sudah berhari-hari didudukkan tersebut tidak kaku. Sebelum disemayamkan dalam rumah, seluruh anggota keluarga dilarang melakukan aktivitas apapun termasuk bekerja.

Bentuk Makam

Makam umumnya berada di daerah tinggi dan berbentuk menyerupai rumah adat Mamasa
�Kami anggota keluarga cukup membisikkan sesuatu ke telinga jenazah, maka tubuhnya akan seperti baru saja meninggal. Percaya atau tidak, tapi itulah tradisi kami,� kata Alex Palullungan, anak kedua almarhum.
Jika ada kerabat yang ingin melangsungkan pernikahan selama masa berduka, maka dia harus memberikan persembahan. Biasanya berupa babi.
Nah, selama disemayamkan, jenazah akan ditunggui sedikitnya tiga anggota keluarga hingga tiba waktu dimakamkan. Mereka dilarang membawa nasi ke dalam ruangan tersebut. Alasannya, nasi adalah makanan bagi mereka yang masih hidup.

Babi sebagai persembahan

Bagi warga sekitar atau kerabat yang ingin melayat, diwajibkan membawa sirih, pinang, dan kapur. Sementara bagi tamu bisa juga menyalakan sebatang rokok yang kemudian diletakkan di dekat peti mayat.
Tradisi leluhur ini hingga sekarang masih dipertahankan masyarakat Mamasa dan menjadi kearifan lokal yang terjaga.

0 Response to "Tradisi Unik: Mayat di Daerah ini Diletakan di Rumah Bertahun-tahun!"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel