Tentang Kebencian dan Caci Maki

silahkanSHARE | Sepertinya saat ini tulisan Afi Nihaya Faradisa salah satu siswi SMAN 1 Gambiran Banyuwangi, Jawa Timur ini jauh lebih didengar dan menyentuh dibandingkan status-status motivator kondang.

Tulisan-tulisan bijaknya di akun facebooknya menjadikan dirinya selalu ditunggu untuk menuliskan kata demi kata yang begitu bijak dan mendamaikan jiwa.

Seperti tulisan berjudul "Tentang Kebencian dan Caci Maki" yang dia tulis ini, benar-benar membuat kita yang sudah merasa dewasa dan tua sekalipun untuk bisa belajar dari nasihatnya.

Silahkan disimak dan diSHARE untuk mencerahkan pemikiran banyak orang yang mungkin memang belum tercerahkan.

Tentang Kebencian dan Caci Maki

Segala perbuatan akan 'dikembalikan' oleh Tuhan pada pelakunya. Rasul pun pernah menerangkan bahwa berbuat baik pada orang lain seperti berbuat baik pada diri sendiri, begitu pula sebaliknya. Tabur-tuai adalah hukum alam semesta, sunatullah istilah arabnya.

Itupun jika kau mengimani bahwa Tuhan membalas sekecil-kecilnya perbuatan.

Di dunia ini, ada orang-orang yang tidak butuh dipuji dan tidak mempan dicaci-maki. Jika aku memberikan batu (cacian) pada seseorang dan orang tersebut tidak menerimanya, batu itu akan tetap jadi milik siapa?

Karena hukum alam juga bekerja sesuai janji-Nya, tentu aku akan rugi berlipat ganda. Bagaimana tidak, selain cacianku tidak mempan melukai tujuan, diri ini juga menuai 'karmanya' sendiri.

Pernah dengar eksperimen kristal-kristal air oleh ilmuwan Jepang Masaru Emoto?

Penelitian menyimpulkan bahwa kata-kata yang baik (misal; cinta, terima kasih, dsb) mempengaruhi keindahan kristal air, sebaliknya, kristal dalam air akan menjadi jelek dan tak beraturan jika air didekatkan pada sumber kata-kata yang tidak baik (misal; aku membencimu, kau tak berguna).

Bayangkan jika tubuh kita yang 70% terdiri dari air ini suka mendengungkan kata-kata yang tidak baik. Siapa yang pertama akan terkena dampaknya?

Jadi, wajar dong jika semakin aku mencaci maki seseorang, aku sendiri yang akan makin 'sakit'.

Yang kucaci maki tidak merasakan apa-apa, justru kasihan kepalaku, kasihan jantungku, kasihan paru-paruku, kasian lambungku jika aku terus menerus mencaci maki dirimu. Rugi banget gak sih?

ilustrasi
Tengok lebih dalam lagi. Dengan terus membenci, dengan terus mencaci maki, kau pikir kau sedang 'menghukum' seseorang namun sebenarnya kau tengah menghukum diri sendiri.

Sudahlah, ikhlaskan.

Accept and release, forgive and forget.

Berlagak menghukum seseorang berarti merebut kewenangan Tuhan

Bukankah kau berkata bahwa kau yang paling mengimani semua janji-Nya?

Penulis: Afi Nihaya Faradisa

SilahkanSHARE!

0 Response to "Tentang Kebencian dan Caci Maki"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel