7 Pos Perbatasan Indonesia yang Dulu Jelek, Kini Jadi Megah dan Indah!
silahkanSHARE! | Sebuah tapal batas atau pos perbatasan di setiap negara adalah gerbang utama sekaligus halaman dari sebuah negara. Jika kondisinya buruk dan tak terurus, tentunya itu akan memperburuk citra negara kita di mata dunia.
Demikian juga halnya dengan pos perbatasan Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, tentunya harus dibuat dengan sebaik-baiknya.
Namun kenyataanya selama ini justru pos perbatasan di beebrapa titik justru terkesan tak terurus dan sangat jelek.
Namun beberapa akhir-akhir ini kita lantas bangga karena setidaknya sudah ada 7 pos perbatasan kita yang sudah dilakukan renovasi besar-besaran. Yang tadinya jelek dan seperti tak terurus, bahkan ada yang sebut hampir seperti kandang, namun kini semua sudah direnovasi total dengan jauh lebih megah dan indah dari negara tetangga.
Dikutip dari detikFinance, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang sejalan dengan Nawa Cita Presiden RI Jokowi dan arah kebijakan RPJMN 2015-2019.
Intinya, membangun Indonesia dari Pinggiran dengan mengembangkan kawasan perbatasan melalui pendekatan keamanan (security) dan peningkatan kesejahteraan (prosperity) masyarakat.
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, mengatakan, anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan tujuh PLBN sebesar Rp 943 miliar.
Tujuh PLBN Terpadu yakni
Berikut ini akan kami ulas satu persatu 7 Pos Perbatasan yang Dulu Jelek dan Memalukan Negara, Kini Jadi Megah dan Indah!
PLBN Entikong adalah salah satu PLBN yang dirombak total oleh pemerintah lewat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) agar penampilannya lebih cantik dan membanggakan bagi warga perbatasan. Sebelumnya PLBN Entikong tampak sangat lusuh.
Saat ini, PLBN Entikong sudah berubah total. Tak ada lagi tampak bangunan tua yang lusuh seperti dua tahun yang lalu. Berganti bangunan baru, yang jauh lebih megah, lebih menawan secara penampilan dan lebih moderen secara pelayanan. Area parkir tempat mobil atau sepeda motor antre sembari menunggu proses pemeriksaan perbatasan yang semula tampak kumuh pun tampak berubah lebih rapi.
Pekerjaan konstruksi PLBN Entikong dipercayakan kepada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dengan nilai proyek Rp 152,49 miliar. Lingkup pekerjaan perseroan meliputi struktur, arsitektur, mechanical, electrical, plumbing, dan elektronika. Pada tahap pertama, pekerjaan difokuskan kepada pembangunan bangunan utama, kargo, utilitas dan pos pemeriksaan.
Proyek senilai Rp 152,49 miliar ini dikerjakan di atas lahan seluas 80.003 meter persegi dan rencananya akan dibangun PLBN dengan luas bangunan seluas 19.493 m2 di zona inti, sub inti, dan pendukung.
Sebelum mendapat penanganan, PLBN Nanga Badau ini tampak lusuh, serta struktur bangunan mulai rusak dan cat memudar. Pola pelayanannya pun tak teratur. Pelayanan keimigrasiaan tidak sealur dengan pelayanan bea dan cukai sehingga kalau ingin melakukan perjalanan antar negara harus melalui proses terpisah yang memakan waktu dan merepotkan.
Kondisi ini membuat masyarakat Indonesia di perbatasan 'minder' karena penampakan PLBN Indonesia berbanding terbalik dengan Pos Perbatasan Lubok Antu milik Negara Bagian Sarawak, Malaysia yang tampak lebih modern.
Namun demikian, saat ini kondisinya sudah jauh berbeda. PLBN yang pembangunannya sudah rampung 100% itu, kini semakin megah. Bangunannya yang dulu lusuh berganti bangunan cantik yang serba modern.
PLBN yang diresmikan merupakan pembangunan tahap I yakni zona inti PLBN, diatas lahan seluas 8,8 Ha dengan total luas bangunan 7.619 m2 dan biaya pembangunan sebesar Rp 153 miliar.
Bangunan yang berada pada zona inti meliputi Bangunan Utama PLBN, Pos Lintas Kendaraan Pemeriksaan, Bangunan Pemeriksaan Kargo, Bangunan Utilitas, Monumen, Gerbang Kedatangan dan Keberangkatan, serta Hardscape dan Landscape Kawasan yang diharapkan dapat melayani hingga 360 pelintas per hari sampai dengan tahun 2025.
Pembangunan Gedung PLBN Badau ini mengusung budaya lokal Kalimantan dengan mengadaptasi bentuk bangunan khas Rumah Panjang, penggunaan ornamen lokal, serta penerapan prinsip-prinsip bangunan hijau (green building).
Hasilnya, bangunan megah telah berdiri menggantikan bangunan usang yang dulu berdiri. Konsep arsitektur yang diusung menjadi desain PLBN ini mengadopsi Rumah Panjang yang merupakan rumah tradisional suku dayak. Kesan bangunannya pun semakin modern dengan aksen atap yang menjulang tinggi dihiasi dengan ukiran tradisional dayak.
Perombakan PLBN Aruk dikerjakan oleh PT Wijaya Karya dengan kontrak pelaksanaan selama 360 hari pelaksanaan konstruksi dan 720 hari pemeliharaan.
Seluruh area membentang di atas lahan seluas 9,1 hektar dan luas bangunan utama mencapai 4.118 meter persegi dengan total biaya konstruksi yang digelontorkan pemerintah sebesar Rp 131,13 miliar yang dicairkan dalam dua tahun yakni Rp 19,66 miliar di 2015 dan Rp 111,46 miliar di 2016.
PLBN itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas dari mulai pemeriksaan terpadu, klinik, jembatan timbang, pemindai truk, gudang sita hingga monumen lintas batas.
PLBN Motaain merupakan satu dari tujuh PLBN yang dipugar pemerintah, dengan tujuan mengubah kawasan tertinggal di perbatasan, di mana kawasan terluar harus jadi beranda depan Indonesia, bukan lagi sebagai halaman belakang yang kurang diperhatikan.
Bangunan PLBN Motaain meliputi zona inti yang terdiri dari bangunan utama PLBN, gedung pemeriksaan kendaraan dan power house. Arsitektur atapnya berbentuk rumah adat masyarakat Belu, dengan ornamen sun shading pada atap gedung pemeriksaan kendaraan pribadi mengadaptasi corak tenun setempat.
Berdasarkan pantauan detikFinance di lokasi, ruangan di dalam gedung utama PLBN terdapat pemeriksaan imigrasi dengan interior yang didominasi oleh corak tenun khas NTT. Di area selanjutnya, terdapat gedung pemeriksaan kendaraan kargo keberangkatan yang di depannya dihiasi oleh patung burung Garuda yang memegang semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Di bagian terdepan atau perbatasan Indonesia dan Timor Leste, terdapat gerbang lintas batas negara yang dihiasi ornamen tulisan Motaain Indonesia, dan jembatan transisi, di mana warna merah putih bersanding dengan warna khas negara Timor Leste, merah, kuning dan hitam.
Pembangunan PLBN terpadu motaain sendiri masih pada tahap I. Nantinya kawasan ini akan kembali dikembangkan hingga tanggal 5 Maret 2019 nanti, dengan luas lahan mencapai 4,62 ha dan biaya pelaksanaan sekitar Rp 228,9 miliar.
Pembangunan yang dilaksanakan pada tahap II di antaranya tempat pencucian mobil, x-ray kargo, mess pegawai, wisma Indonesia, pasar perbatasan, lapangan olahraga, hingga pos pamtas TNI dan Polri.
Menurut data Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dikutip detikFinance, Jumat (17/3/2017), Pembangunan PLBN Motamasin dipercayakan kepada PT Pembangunan Perumahan (persero) Tbk sebagai kontraktor, dengan pagu anggaran sekitar Rp 145 miliar.
Dengan pembangunan ini PLBN Motamasin memiliki bangunan utama seluas 2.114 meter persegi, yang terdiri dari bangunan kedatangan 428,9 meter persegi, bangunan kantor 413,8 meter persegi, dan bangunan keberangkatan 428,9 meter persegi.
Total luas bangunannya secara keseluruhan direncanakan bakal mencapai 3.077,88 meter persegi yang beridiri di atas luas lahan 11,29 hektar.
PLBN Motamasin sebenarnya sudah berdiri sebelumnya, hanya saja kondisinya sangat jauh dari kata layak untuk dijadikan pos perlintasan di batas negara.
Bangunan utamanya yang pernah dibangun oleh Kontraktor lokal dengan biaya Rp 4 miliar tersebut, sudah rusak sejak tahun 2012 dan sudah lama tidak digunakan. Seluruh pelayanan imigrasi dilakukan seadanya di bangunan lama yang tidak layak huni. Jauh berbeda dengan palayanan imigrasi di sisi negara Timor Leste yang sudah serba lengkap.
Secara keseluruhan, luas bangunan PLBN Wini mencapi 5.025,7 meter persegi dengan luas bangunan utama PLBN mencapai 4.292 meter persegi.
Bangunan utamanya sendiri terletak di zona inti PLBN Wini yang bersebelahan dengan jembatan timbang, pemindai kendaraan, pemeriksaan kedatangan kendaraan kargo, dan pemeriksaan terpadu mobil pribadi dan umum.
Tak hanya itu, PLBN Wini juga dilengkapi dengan gudang sita berat dan ringan, lapangan penimbunan, utilitas, kennel, check point, monumen garuda, gerbang lintas batas negara, parker tamu negara, hingga helipad.
Pengembangan kawasan PLBN Wini sendiri merupakan pelaksanaan dari amanat Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melakukan pembangunan dari pinggiran yang tertuang dalam Inpres Nomor 6 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan 7 pos lintas batas negara terpadu, dan sarana prasarana penunjang di kawasan perbatasan.
Langkah ini penting untuk dilakukan, mengingat dengan kondisi yang ada sebelumnya, kegiatan keimigrasian di kawasan perbatasan ini tak bisa dilakukan dengan maksimal.
Sama halnya dengan perbatasan lain di Indonesia sebelum mengalami perbaikan, kondisinya sangat memprihatinkan. PLBN terdiri dari beberapa gedung terpisah, kecil-kecil dan tak semuanya bisa dimanfaatkan.
Pemandangan ini Jauh berbeda dengan pemandangan yang nampak di PLBN Oekusi yang berada di sisi Timor Leste. Tampak megah dengan bangunan baru dengan aksen utama berupa tonggak bertuliskan Timor Leste.
Dengan seluruh perbaikan yang dilakukan ini, diharapkan rasa minder yang selama ini menyelimuti warga Indonesia di kawasan perbatasan bisa hilang. Selain itu, diharapkan pelayanan imigrasi di sisi Indonesia diharapkan lebih terpadu dan bisa diandalkan.
Dengan nilai Kontrak mencapai Rp 165,94 miliar, PLBN ini berdiri di atas lahan dengan luas total mencapai 10.112 meter persegi dengan luas bangunan secara keseluruhan mencapai 7.619 meter persegi yang terbagi dalam beberapa zona.
Pada zona inti, terdapat bangunan utama dengan luas 2.737 meter persegi yang akan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas meliputi klinik, gudang sita, bangunan jembatan timbang, bangunan X-ray mobil pengangkut barang, bangunan pelayanan terpadu kedatangan mobil kargo, cek poin, bangunan utilitas, dan koridor pejalan kaki.
Sementara zona sub inti memiliki luas 1.191 meter persegi. Di dalam zona ini terdapat Wisma Indonesia, mess karyawan, dan gedung serba guna. Adapun zona pendukung memiliki luas 1.300 meter persegi. Di dalam zona tersebut ada restoran, pusat ATM, masjid, gereja, dan bangunan pos polisi.
Semoga setelah perbatasanya dibangun, semoga lebih penting lagia dalah memakmuran warga yang ada di perbatasan. Karena sedih juga dengan minimnya fasilitas dan infrastruktur di perbatasan menyebabkan hak-hak mereka tidak terlayani sebagaimana warga di Jawa.
Demikian juga halnya dengan pos perbatasan Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, tentunya harus dibuat dengan sebaik-baiknya.
Namun kenyataanya selama ini justru pos perbatasan di beebrapa titik justru terkesan tak terurus dan sangat jelek.
Namun beberapa akhir-akhir ini kita lantas bangga karena setidaknya sudah ada 7 pos perbatasan kita yang sudah dilakukan renovasi besar-besaran. Yang tadinya jelek dan seperti tak terurus, bahkan ada yang sebut hampir seperti kandang, namun kini semua sudah direnovasi total dengan jauh lebih megah dan indah dari negara tetangga.
Dikutip dari detikFinance, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang sejalan dengan Nawa Cita Presiden RI Jokowi dan arah kebijakan RPJMN 2015-2019.
Intinya, membangun Indonesia dari Pinggiran dengan mengembangkan kawasan perbatasan melalui pendekatan keamanan (security) dan peningkatan kesejahteraan (prosperity) masyarakat.
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, mengatakan, anggaran yang dikeluarkan untuk pembangunan tujuh PLBN sebesar Rp 943 miliar.
Tujuh PLBN Terpadu yakni
- PLBN Entikong,
- Badau,
- Aruk di Provinsi Kalimantan Barat,
- PLBN Motaain,
- Motamasin,
- Wini di Provinsi Nusa Tenggara Timur
- PLBN Skouw di Provinsi Papua.
Berikut ini akan kami ulas satu persatu 7 Pos Perbatasan yang Dulu Jelek dan Memalukan Negara, Kini Jadi Megah dan Indah!
#1. Pos Lintas Batas Negara Entikong
Burung garuda yang gagah tampak membentangkan sayapnya tepat di sebuah bangunan yang didominasi warna putih dan ukiran adat yang unik di perbatasan Indonesia-Malaysia. Bangunan tersebut adalah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong.PLBN Entikong adalah salah satu PLBN yang dirombak total oleh pemerintah lewat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) agar penampilannya lebih cantik dan membanggakan bagi warga perbatasan. Sebelumnya PLBN Entikong tampak sangat lusuh.
Saat ini, PLBN Entikong sudah berubah total. Tak ada lagi tampak bangunan tua yang lusuh seperti dua tahun yang lalu. Berganti bangunan baru, yang jauh lebih megah, lebih menawan secara penampilan dan lebih moderen secara pelayanan. Area parkir tempat mobil atau sepeda motor antre sembari menunggu proses pemeriksaan perbatasan yang semula tampak kumuh pun tampak berubah lebih rapi.
Pekerjaan konstruksi PLBN Entikong dipercayakan kepada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dengan nilai proyek Rp 152,49 miliar. Lingkup pekerjaan perseroan meliputi struktur, arsitektur, mechanical, electrical, plumbing, dan elektronika. Pada tahap pertama, pekerjaan difokuskan kepada pembangunan bangunan utama, kargo, utilitas dan pos pemeriksaan.
Proyek senilai Rp 152,49 miliar ini dikerjakan di atas lahan seluas 80.003 meter persegi dan rencananya akan dibangun PLBN dengan luas bangunan seluas 19.493 m2 di zona inti, sub inti, dan pendukung.
#2. Pos Lintas Batas Negara Nanga Badau
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Nanga Badau di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Barat telah dibangun ulang. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang ingin PLBN ini dan seluruh PLBN lain di Indonesia diubah wajahnya menjadi lebih cantik.Sebelum mendapat penanganan, PLBN Nanga Badau ini tampak lusuh, serta struktur bangunan mulai rusak dan cat memudar. Pola pelayanannya pun tak teratur. Pelayanan keimigrasiaan tidak sealur dengan pelayanan bea dan cukai sehingga kalau ingin melakukan perjalanan antar negara harus melalui proses terpisah yang memakan waktu dan merepotkan.
Kondisi ini membuat masyarakat Indonesia di perbatasan 'minder' karena penampakan PLBN Indonesia berbanding terbalik dengan Pos Perbatasan Lubok Antu milik Negara Bagian Sarawak, Malaysia yang tampak lebih modern.
Namun demikian, saat ini kondisinya sudah jauh berbeda. PLBN yang pembangunannya sudah rampung 100% itu, kini semakin megah. Bangunannya yang dulu lusuh berganti bangunan cantik yang serba modern.
PLBN yang diresmikan merupakan pembangunan tahap I yakni zona inti PLBN, diatas lahan seluas 8,8 Ha dengan total luas bangunan 7.619 m2 dan biaya pembangunan sebesar Rp 153 miliar.
Bangunan yang berada pada zona inti meliputi Bangunan Utama PLBN, Pos Lintas Kendaraan Pemeriksaan, Bangunan Pemeriksaan Kargo, Bangunan Utilitas, Monumen, Gerbang Kedatangan dan Keberangkatan, serta Hardscape dan Landscape Kawasan yang diharapkan dapat melayani hingga 360 pelintas per hari sampai dengan tahun 2025.
Pembangunan Gedung PLBN Badau ini mengusung budaya lokal Kalimantan dengan mengadaptasi bentuk bangunan khas Rumah Panjang, penggunaan ornamen lokal, serta penerapan prinsip-prinsip bangunan hijau (green building).
#3. Pos Lintas Batas Negara Terpadu Aruk
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) terpadu Aruk di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Dengan dana Rp 131,13 miliar, pemerintah sejak tahun 2015 melakukan perombakan besar-besaranHasilnya, bangunan megah telah berdiri menggantikan bangunan usang yang dulu berdiri. Konsep arsitektur yang diusung menjadi desain PLBN ini mengadopsi Rumah Panjang yang merupakan rumah tradisional suku dayak. Kesan bangunannya pun semakin modern dengan aksen atap yang menjulang tinggi dihiasi dengan ukiran tradisional dayak.
Perombakan PLBN Aruk dikerjakan oleh PT Wijaya Karya dengan kontrak pelaksanaan selama 360 hari pelaksanaan konstruksi dan 720 hari pemeliharaan.
Seluruh area membentang di atas lahan seluas 9,1 hektar dan luas bangunan utama mencapai 4.118 meter persegi dengan total biaya konstruksi yang digelontorkan pemerintah sebesar Rp 131,13 miliar yang dicairkan dalam dua tahun yakni Rp 19,66 miliar di 2015 dan Rp 111,46 miliar di 2016.
PLBN itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas dari mulai pemeriksaan terpadu, klinik, jembatan timbang, pemindai truk, gudang sita hingga monumen lintas batas.
#4. Pos Lintas Batas Negara Motaain
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu Motaain di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan dengan negara Timor Leste pada Rabu (28/12/2016) lalu.PLBN Motaain merupakan satu dari tujuh PLBN yang dipugar pemerintah, dengan tujuan mengubah kawasan tertinggal di perbatasan, di mana kawasan terluar harus jadi beranda depan Indonesia, bukan lagi sebagai halaman belakang yang kurang diperhatikan.
Bangunan PLBN Motaain meliputi zona inti yang terdiri dari bangunan utama PLBN, gedung pemeriksaan kendaraan dan power house. Arsitektur atapnya berbentuk rumah adat masyarakat Belu, dengan ornamen sun shading pada atap gedung pemeriksaan kendaraan pribadi mengadaptasi corak tenun setempat.
Berdasarkan pantauan detikFinance di lokasi, ruangan di dalam gedung utama PLBN terdapat pemeriksaan imigrasi dengan interior yang didominasi oleh corak tenun khas NTT. Di area selanjutnya, terdapat gedung pemeriksaan kendaraan kargo keberangkatan yang di depannya dihiasi oleh patung burung Garuda yang memegang semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Di bagian terdepan atau perbatasan Indonesia dan Timor Leste, terdapat gerbang lintas batas negara yang dihiasi ornamen tulisan Motaain Indonesia, dan jembatan transisi, di mana warna merah putih bersanding dengan warna khas negara Timor Leste, merah, kuning dan hitam.
Pembangunan PLBN terpadu motaain sendiri masih pada tahap I. Nantinya kawasan ini akan kembali dikembangkan hingga tanggal 5 Maret 2019 nanti, dengan luas lahan mencapai 4,62 ha dan biaya pelaksanaan sekitar Rp 228,9 miliar.
Pembangunan yang dilaksanakan pada tahap II di antaranya tempat pencucian mobil, x-ray kargo, mess pegawai, wisma Indonesia, pasar perbatasan, lapangan olahraga, hingga pos pamtas TNI dan Polri.
#5. Pos Lintas Batas Negara Motamasin
Pekerjaan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) PLBN Motamasin yang terletak di Kabupaten Malaka, NTT dan berbatasan dengan Timor Leste ini telah rampung.Menurut data Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang dikutip detikFinance, Jumat (17/3/2017), Pembangunan PLBN Motamasin dipercayakan kepada PT Pembangunan Perumahan (persero) Tbk sebagai kontraktor, dengan pagu anggaran sekitar Rp 145 miliar.
Dengan pembangunan ini PLBN Motamasin memiliki bangunan utama seluas 2.114 meter persegi, yang terdiri dari bangunan kedatangan 428,9 meter persegi, bangunan kantor 413,8 meter persegi, dan bangunan keberangkatan 428,9 meter persegi.
Total luas bangunannya secara keseluruhan direncanakan bakal mencapai 3.077,88 meter persegi yang beridiri di atas luas lahan 11,29 hektar.
PLBN Motamasin sebenarnya sudah berdiri sebelumnya, hanya saja kondisinya sangat jauh dari kata layak untuk dijadikan pos perlintasan di batas negara.
Bangunan utamanya yang pernah dibangun oleh Kontraktor lokal dengan biaya Rp 4 miliar tersebut, sudah rusak sejak tahun 2012 dan sudah lama tidak digunakan. Seluruh pelayanan imigrasi dilakukan seadanya di bangunan lama yang tidak layak huni. Jauh berbeda dengan palayanan imigrasi di sisi negara Timor Leste yang sudah serba lengkap.
#6. Pos Lintas Batas Negara Wini
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Wini yang Berdiri di atas lahan seluas 4,42 hektar (ha), pekerjaan pembangunan PLBN Wini dipercayakan kepada PT Indah Karya selaku kontraktor pelaksana, dengan nilai kontrak mencapai Rp 130 miliar yang terbagi dalam dua tahun anggaran, Rp 19,5 miliar di 2016, dan Rp 110,8 miliar di 2017.Secara keseluruhan, luas bangunan PLBN Wini mencapi 5.025,7 meter persegi dengan luas bangunan utama PLBN mencapai 4.292 meter persegi.
Bangunan utamanya sendiri terletak di zona inti PLBN Wini yang bersebelahan dengan jembatan timbang, pemindai kendaraan, pemeriksaan kedatangan kendaraan kargo, dan pemeriksaan terpadu mobil pribadi dan umum.
Tak hanya itu, PLBN Wini juga dilengkapi dengan gudang sita berat dan ringan, lapangan penimbunan, utilitas, kennel, check point, monumen garuda, gerbang lintas batas negara, parker tamu negara, hingga helipad.
Pengembangan kawasan PLBN Wini sendiri merupakan pelaksanaan dari amanat Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melakukan pembangunan dari pinggiran yang tertuang dalam Inpres Nomor 6 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan 7 pos lintas batas negara terpadu, dan sarana prasarana penunjang di kawasan perbatasan.
Langkah ini penting untuk dilakukan, mengingat dengan kondisi yang ada sebelumnya, kegiatan keimigrasian di kawasan perbatasan ini tak bisa dilakukan dengan maksimal.
Sama halnya dengan perbatasan lain di Indonesia sebelum mengalami perbaikan, kondisinya sangat memprihatinkan. PLBN terdiri dari beberapa gedung terpisah, kecil-kecil dan tak semuanya bisa dimanfaatkan.
Pemandangan ini Jauh berbeda dengan pemandangan yang nampak di PLBN Oekusi yang berada di sisi Timor Leste. Tampak megah dengan bangunan baru dengan aksen utama berupa tonggak bertuliskan Timor Leste.
Dengan seluruh perbaikan yang dilakukan ini, diharapkan rasa minder yang selama ini menyelimuti warga Indonesia di kawasan perbatasan bisa hilang. Selain itu, diharapkan pelayanan imigrasi di sisi Indonesia diharapkan lebih terpadu dan bisa diandalkan.
#7. Pos Lintas Batas Skouw
Berada jauh di Timur Indonesia, tak menyurutkan pekerjaan pembangunan Pos Lintas Batas (PLBN) Skouw di Papua. Dimulai pembangunannya pada 18 Desember 2015, PLBN Skouw yang berlokasi di Distrik Muara Tami Kota Jayapura itu, kini tampak megah.Dengan nilai Kontrak mencapai Rp 165,94 miliar, PLBN ini berdiri di atas lahan dengan luas total mencapai 10.112 meter persegi dengan luas bangunan secara keseluruhan mencapai 7.619 meter persegi yang terbagi dalam beberapa zona.
Pada zona inti, terdapat bangunan utama dengan luas 2.737 meter persegi yang akan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas meliputi klinik, gudang sita, bangunan jembatan timbang, bangunan X-ray mobil pengangkut barang, bangunan pelayanan terpadu kedatangan mobil kargo, cek poin, bangunan utilitas, dan koridor pejalan kaki.
Sementara zona sub inti memiliki luas 1.191 meter persegi. Di dalam zona ini terdapat Wisma Indonesia, mess karyawan, dan gedung serba guna. Adapun zona pendukung memiliki luas 1.300 meter persegi. Di dalam zona tersebut ada restoran, pusat ATM, masjid, gereja, dan bangunan pos polisi.
#VIDEO
Semoga setelah perbatasanya dibangun, semoga lebih penting lagia dalah memakmuran warga yang ada di perbatasan. Karena sedih juga dengan minimnya fasilitas dan infrastruktur di perbatasan menyebabkan hak-hak mereka tidak terlayani sebagaimana warga di Jawa.
0 Response to "7 Pos Perbatasan Indonesia yang Dulu Jelek, Kini Jadi Megah dan Indah!"
Post a Comment