Bahaya yang Mengintai dari Kebiasaan Menyepelekan Ngorok
Jakarta - Selama ini keluhan seputar kebiasaan mengorok datang dari pasangan. Kadang saking sudah terbiasa dengan berisiknya, orang menganggap ngorok adalah hal yang wajar.
Dokter kesehatan tidur, Andreas Prasadja, mengaku prihatin dengan anggapan tersebut. Pasalnya, ngorok atau mendengkur berkaitan dengan gangguan napas dan bisa berbuntut panjang terhadap kesehatan tubuh.
"Ini nih lagi liburan, ada teman mengorok malah jadi bahan tertawaan, saya jadi prihatin. Orang yang ngorok, tiap tidur itu mempertaruhkan nyawa, membahayakan nyawa," ujar Andreas pada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (17/3).
Suara kasar orang yang mengorok berasal dari saluran napas yang terhalang atau menyempit. Kasus ini bisa mengarah pada sleep apnea atau henti napas saat tidur. Bayangkan jika saluran napas ini tertutup dan tubuh kekurangan oksigen.
Menurut Andreas, tidak semua kasus ngorok mengarah pada sleep apnea. Namun 95 persen ngorok jadi tanda sleep apnea. Suatu persentase yang besar dan patut diwaspadai.
"Saat tidur, saluran napas jadi rileks, lalu tertutup, kemudian karena sesak, si penderita akan terbangun untuk mengambil napas, untuk tersedak tapi tidak terjaga, disebut micro arousal, berulang. Ini mengakibatkan hipersomnia atau mengantuk berlebihan keesokan harinya," katanya.
Kunci untuk mengenali sleep apnea adalah kebiasaan mengorok dan hipersomnia. Di Indonesia, prevalensi sleep apnea berkisar 17 persen dari seluruh populasi, menurut data pada 2018.
Namun, Andreas belum berani mengambil kesimpulan bahwa ini bisa dijadikan acuan sebab pengambilan sampel/populasi survei tidak dalam skala besar. Kemudian, jumlah ini jauh dari rata-rata prevalensi sleep apnea di negara-negara Asia yakni 50 persen, sedangkan negara-negara Eropa/Amerika (kaukasia) sekitar 14-15 persen. Prevalensi ini cukup jauh mengingat orang Asia memiliki kondisi rahang jauh lebih sempit daripada orang kaukasia.
Kebiasaan ngorok ini bakal menimbulkan berbagai persoalan kesehatan jika masih dianggap hal yang normal. Sleep apnea sendiri bisa berakibat buruk pada produktivitas, kesehatan dan keselamatan.
Produktivitas, hipersomnia akibat micro arousal membuat orang mengantuk bahkan di tengah jam kerja. Mau tidak mau produktivitas kerja terganggu karena harus memberikan kompensasi pada tubuh yang kurang istirahat malam sebelumnya.
Kesehatan, micro arousal mengakibatkan hipersomnia, istirahat terganggu, tubuh jadi stres sehingga meningkatkan sel-sel peradangan dan mengarah pada gangguan metabolisme hingga masalah kardiovaskular.
"Banyak sekali riset menyebut, dengan perawatan sleep apnea terbukti menurunkan tekanan darah sekitar 10 poin. Dalam dunia medis, 5-10 poin itu sudah besar sekali. Ada juga tren membahas aritmia jantung. Mengatasi sleep apnea ternyata banyak membantu pasien aritmia secara signifikan," imbuhnya.
Keselamatan, belakangan Andreas dibuat prihatin sebab kerap terjadi kecelakaan akibat sleep apnea.
Dia berkata, sebaiknya ngorok tak lagi dianggap sepele. Selama ini Andreas kerap menerima keluhan dari perempuan yang pasangannya mengorok. Namun bukan berarti ngorok hanya dimonopoli kaum Adam.
Jika ingin dibandingkan, ada 70 persen ngorok terjadi pada laki-laki, sedangkan kaum hawa terbilang lebih 'sopan'. Selain itu perempuan tidak mengalami hipersomnia separah laki-laki meski di jam-jam tertentu merasakan sakit kepala. Dalam dua minggu, lanjutnya, dari 10 pasien dengan masalah ngorok, di antaranya ada 3 pasien perempuan.
"Sebaiknya pasangan pantau dulu ngoroknya, kalau baru sekali ngorok, ngorok tidak terjadi terus-terusan mah enggak perlu langsung cek ke dokter," katanya.
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/
0 Response to "Bahaya yang Mengintai dari Kebiasaan Menyepelekan Ngorok"
Post a Comment