Diman, Bertahun-tahun Tinggal di Petak Sempit Ukuran 2 X 1,5 Meter
BAYAN, Anda bisa bayangkan, hidup bertahun-tahun sendirian di dalam sebuah ruangan berdinding kayu berukuran 2 x 1,5 meter dengan dijejali beragam barang. Di dalamnya semua aktivitas dilakukan. Tentu kita tidak betah karena akan merasa sempit dan pengap.
Tapi itulah kehidupan yang harus dijalani oleh Supardiman (60), pria yang tinggal di Dusun 1, RT 01/03, Desa Kalimiru, Kecamatan Bayan. Selama dua tahun lebih dirinya tinggal di ruang semput berjejalan dengan semua harta benda yang dimilikinya.
Saat ditemui Purworejo News pada Minggu siang (29/8), Diman bergegas berjalan menuju “rumah”-nya. Langkahnya cepat. Dengan sangat sopan, ia menyapa orang-orang yamg menemuinya, termasuk Kadus 1 Kalimiru, Caroko (44).
Ia pun membuka gembok pintu rumahnya yang terbuat dari kayu. Saat pintu dibuka, tampaklah berbagai macam barang yang ada.
Mulai dari pakaian dan sarung yang digantung di seputar petak, sepeda, kompor, dua buah panci, drum berukuran besar yang diletakkan di sudut, tv, serta radio. Hanya ada space sekitar 80×60 cm yang tersisa di lantai yang difloor.
“Kalau malam saat saya mau tidur, kompor ini saya naikkan ke atas drum supaya kaki saya bisa selonjor,” kata Diman. Ia pun menunjukkan selembar papan lusuh yang disandarkan di dinding kayu yang digunakannya sebagai alas tidur.
Tidak tampak ada bantal. Yang digunakan sebagai alas kepala hanyalah gombalan-gombalan lusuh yang dilipat seadanya. “Kalau pakaian saya taruh di dalam drum,” katanya sambil membuka isi drum.
Saat memasak pun, pintu harus dalam keadaan tertutup agar Diman bisa bergerak. Meski begitu Diman mengaku tidak merasa sumpek saat memasak dalam kondisi pintu tertutup. Padahal ventilasi hanyalah berasal dari anyaman kawat yang hanya selebar sekitar 30 cm sepanjang 2 meter.
Diman yang ditinggal istrinya menikah lagi itu berucap, dirinya setiap hari masak. Selain menanak nasi menggunakan panci, ia juga sering masak sayuran. “Paling saya nyeplok telur, masak mi instan, atau nyayur oseng tahu,” ucapnya lugu.
Saat itu tampak sekarung beras bantuan yang belum dibukanya. Untuk minyak tanah, ia membeli di Pasar Sucen.
Adapun untuk keperluan MCK, Diman harus menuju ke kali yang jaraknya sekitar 200 meter dari tempat tinggalnya. “Rumah”-nya memang terletak di pekarangan rumah Suroso, saudaranya yang menurut pengakuan Diman masih merupakan tanah milik bapaknya.
“Saya dulu kerja di Dinas Pertamanan Kota DKI Jakarta. Saya pulang ke sini dan membangun rumah ini dari uang hasil pencairan BPJS Ketenagakerjaan” tutur Diman. Sampai saat ini dirinya tercatat sebagai penerima BLT seperti yang disampaikan oleh Kadus Caroko.
“Selama bertahun-tahun saya juga baru sekali ini masuk ke rumahnya,” ucap Caroko. Menurutnya, Diman termasuk warga yang baik dan tidak neko-neko. “Pak Diman juga sudah kami buatkan KTP sejak dia tinggal menetap di sini,” lanjutnya.
Sehari-hari Diman bekerja serabutan. Kali ini dia sedang bekerja sebagai buruh menanam jagung milik warga. Sore sekitar pukul 16.00 dia pulang dan mulai berdiam di dalam petak itu sampai pagi menjelang.
Dalam sunyi malam Diman menyetel radio sambil berbaring ditemani kipas angin yang dipasangnya di atas kayu rumahnya. Aliran listrik disalurkan dari rumah Suroso yang berjarak sekitar 20 meter. Sedangkan TV-nya hanya dibiarkan teronggok ditutupi karung bekas.
Meski dilanda kesunyian, Diman tak melupakan ibadahnya kepada Sang Pencipta. Di sela-sela sempitnya ruangan yang tersisa, Diman masih berusaha untuk menunaikan sholat. Ia pun menunjuk arah kiblat yang sejajar dengan tempat ia tidur.
Diman yang sangat bersahaja itu tampak menikmati hidupnya. Meski begitu bila ada pihak yang ingin menolongnya membangun rumah yang lebih layak, ia tidak menolak.
“Saya sudah diberi tahu nantinya kalau ada yang membuatkan rumah, letaknya di belakang gubuk yang sudah saya tempati ini,” katanya bersemangat. (Dia)
Sumber: https://purworejonews.com/
0 Response to "Diman, Bertahun-tahun Tinggal di Petak Sempit Ukuran 2 X 1,5 Meter"
Post a Comment